Bagian1
Bukan negeri sakura
Malam ini begitu sangat mempesona dihiasi dengan taburan
bintang yang berbaris mengikuti lintasannya, cahayanya yang begitu memukau
berbaur menjadi satu hingga menembus kolong langit.
“Zahra?” sapa sosok lelaki tinggi yang tiba-tiba saja mengagetkan gadis remaja yang bernama Zahra parasnya yang cantik, berkulit putih, dan lensa matanya yang kecoklatan juga rambutnya yang hitam pekat terurai hingga mecapai lingkar pinggangnya.
“Kamu siapa?” Tanya Zahra dengan mengerutkan dahinya
“Kamu lupa yah sama aku, kenalin aku….” Terputus
“Taksiiii…!” seru Zahra saat mendapati taksi yang sedang melintas di hadapannya, ia pun segera membuka pintunya dan duduk tepat di sebelah supir taksi.
“Zahraa…?” teriak sosok lelaki itu lagi, yang nyaris tak terdengar kemudian lenyap terbawa angin. Sesekali Zahra menoleh kearah belakang mengamati sosok lelaki yang baru saja menyapanya.
“Mau kemana neng?” Tanya supir taksi
“Emm… Jalan sudirman Km.9 pak” jawab Zahra
“Zahra?” sapa sosok lelaki tinggi yang tiba-tiba saja mengagetkan gadis remaja yang bernama Zahra parasnya yang cantik, berkulit putih, dan lensa matanya yang kecoklatan juga rambutnya yang hitam pekat terurai hingga mecapai lingkar pinggangnya.
“Kamu siapa?” Tanya Zahra dengan mengerutkan dahinya
“Kamu lupa yah sama aku, kenalin aku….” Terputus
“Taksiiii…!” seru Zahra saat mendapati taksi yang sedang melintas di hadapannya, ia pun segera membuka pintunya dan duduk tepat di sebelah supir taksi.
“Zahraa…?” teriak sosok lelaki itu lagi, yang nyaris tak terdengar kemudian lenyap terbawa angin. Sesekali Zahra menoleh kearah belakang mengamati sosok lelaki yang baru saja menyapanya.
“Mau kemana neng?” Tanya supir taksi
“Emm… Jalan sudirman Km.9 pak” jawab Zahra
***
Sesampainya dirumah Zahra langsung masuk kekamarnya dan merebahkan tubuhnya di atas tempat
tidur
“siapa laki-laki itu?” ujarnya dengan tatapan kosong megarah ke langit-langit kamarnya,
“Zahra itu kamu sayang ?” suara lembut yang bersumber dari balik pintu kamarnya.
“Iya mah, Zahra baru saja pulang” Lanjut Zahra dan lekas bangkit dari tempat tidurnya, mencoba untuk melangkahkan kakinya ke pintu kamarnya
“Drrgghhhh” suara pintu
“Kamu ini pulang-pulang kok langsung nyelonong, udah seperti maling saja” ujar Ibunya
“Iya ma’af, Zahra kira kalian semua sudah pada tidur” sambung Zahra
“Ya udah kalau gitu, kamu lanjutin saja istirahatnya” ujar Ibunya “Iya mah, meet malam hehe…” sambung Zahra lagi dan segera menutup pintu kamarnya.
***
“Non Zahra
ini sudah pagi, ayo cepat bangun” ujar sosok bayang-bayang kabur yang sedikit
tertangkap oleh kornea mata Zahra.
“hoaam” nguapnya dan mencoba untuk perlahan membuka kedua matanya, lagi-lagi mbok inah pembantu yang telah lama bekerja di rumah Zahra, kini terlihat jelas di samping jendela kamarnya dengan wajahnya yang garang seperti macan yang tengah kelaparan
“Nah kan.. kesiangan lagi tuh mbak Zahra, dosa kok di cari sih mbak mentang mentang libur, shalat subuhnya di tinggalin” ujar si kecil Anissa yang merupakan adiknya Zahra yang paling kecil saat ia melintasi pintu kamar Zahra yang terbuka lebar.
“Iya… iya malaikat kecil, Loh kenapa mbok liatin Zahra kaya gitu hati hati loh mbok ntar matanya copot loh hee… ee..” ujar Zahra seraya melepaskan selimut yang masih melekat di baju tidurnya. Itulah aktivitas Zahra di hari Minggu dan tak jarang penduduk seisi rumah paling kesal padanya karena dialah yang sering bangun kesiangan apalagi saat hari libur sekolah tiba.
Zahra merupakan gadis yang terlahir dari sebuah keluarga yang bisa di bilang berkecukupan, ia merupakan anak kedua dari empat bersaudara dan kini ia tengah menempuh pendidikannya yang baru memasuki kelas XI di bangku SMA Balikpapan, Balikpapan merupakan kota kecil yang terletak di Kalimantan bagian timur Indonesia.
“Hari ini biar aku saja yang antar Faris untuk pergi ke Toko buku” ujar Zahra saat berada di meja makan ,
“Mbak Zahra yakin, ummm.. tapi ?” sambung Faris yang merupakan adik pertamanya
“Eitss.. gak ada tapi tapian segera habiskan rotimu itu baru kita berangkat” tukas Zahra dan langsung pergi meninggalkan Faris yang tengah asik menikmati sarapan paginya.
“hoaam” nguapnya dan mencoba untuk perlahan membuka kedua matanya, lagi-lagi mbok inah pembantu yang telah lama bekerja di rumah Zahra, kini terlihat jelas di samping jendela kamarnya dengan wajahnya yang garang seperti macan yang tengah kelaparan
“Nah kan.. kesiangan lagi tuh mbak Zahra, dosa kok di cari sih mbak mentang mentang libur, shalat subuhnya di tinggalin” ujar si kecil Anissa yang merupakan adiknya Zahra yang paling kecil saat ia melintasi pintu kamar Zahra yang terbuka lebar.
“Iya… iya malaikat kecil, Loh kenapa mbok liatin Zahra kaya gitu hati hati loh mbok ntar matanya copot loh hee… ee..” ujar Zahra seraya melepaskan selimut yang masih melekat di baju tidurnya. Itulah aktivitas Zahra di hari Minggu dan tak jarang penduduk seisi rumah paling kesal padanya karena dialah yang sering bangun kesiangan apalagi saat hari libur sekolah tiba.
Zahra merupakan gadis yang terlahir dari sebuah keluarga yang bisa di bilang berkecukupan, ia merupakan anak kedua dari empat bersaudara dan kini ia tengah menempuh pendidikannya yang baru memasuki kelas XI di bangku SMA Balikpapan, Balikpapan merupakan kota kecil yang terletak di Kalimantan bagian timur Indonesia.
“Hari ini biar aku saja yang antar Faris untuk pergi ke Toko buku” ujar Zahra saat berada di meja makan ,
“Mbak Zahra yakin, ummm.. tapi ?” sambung Faris yang merupakan adik pertamanya
“Eitss.. gak ada tapi tapian segera habiskan rotimu itu baru kita berangkat” tukas Zahra dan langsung pergi meninggalkan Faris yang tengah asik menikmati sarapan paginya.
Dengan
kecepatan 40km/jam Zahra mengendarai motor antiknya hingga sampailah dia dan
adiknya Faris di sebuah Toko buku langganan adiknya, dia juga mempunyai niat
untuk membeli beberapa buku Novel disini mengingat mimpinya yang ingin berkelana
seperti Andrea Hirata dengan Penanya dalam serial ‘Laskar pelangi’ tapi bukan
buku itu yang sedang ingin di carinya melainkan buku lain yang tak Ia temui di
beberapa Toko buku yang sering di jumpainya di dekat sekolahannya.
“Oke.. sekarang kita sudah sampai” ujar Zahra sesampainya di depan Toko buku yang selama ini di lewatinya saat hendak pergi ke sekolah, terdapat tulisan besar SELAMAT DATANG dengan gaya tulisan lucida callygrappy, juga sejuta ornament yang menghias di sisi kanan dan kirinya, sorotan lampion merah Yang tergantung tepat di langit langit Toko buku itu juga tak lepas dari pandangan Zahra, dan itulah yang selama ini membuatnya terkagum-kagum ingin menjamahnya
“Buruan, Ayoo….”
ucap Faris seraya menarik pergelangan tangan Zahra untuk segera memasuki Toko itu
“Sreek … Sreeek …” Suara seretan kakinya
“Ayo mbak buruan!, iihh..” serunya lagi dengan tangan mungilnya yang masih menarik pergelangan tangan Zahra, tapi kali ini lebih kuat dari yang sebelumnya. Langkah Zahra terlihat begitu berat saat akan meninggalkan emperan Toko karena dia yang telah terbius akan keindahannya.
“wahh…” ucap Zahra yang nyaris tak terdengar, saat Ia melihat isi dari toko buku itu, kumpulan Buku buku yang Tersusun rapi di deretan rak buku yang bercat merah yang penuh dengan romantica membuat matanya tak berkedip saat melihatnya, Ia pun terbawa oleh alunan musik yang juga tengah menggema dalam ruangan itu, Ia merasa dirinya telah terbawa hingga ke negeri Paris yang memiliki sejuta keromatisan. ACnya yang begitu dingin membuat pori-pori kulitnya menciut
“Mbak, aku beli buku ini yah ?” ujar Faris yang tiba-tiba saja membuyarkan khayalan Zahra yang kini sudah menyebrang hingga ke negeri Sakura,
“hmm..Coba sini mbak liat dulu bukunya, mm.. Bagus nih” tanggapnya sambil membolak-balikan tiap lembar isi bukunya
“Yang bener mbak? ya udah kalau gitu faris mau beli buku itu aja “ ucap Faris
“Oke, kalau gitu kamu tunggu mbak di kasir mbak mau cari buku yang lain dulu ntar kalau udah selesai mbak nyusul kamu deh” ujar Zahra
“siaaap mbak” balas adiknya sambil memberi hormat layaknya seorang prajurit.
“Oke.. sekarang kita sudah sampai” ujar Zahra sesampainya di depan Toko buku yang selama ini di lewatinya saat hendak pergi ke sekolah, terdapat tulisan besar SELAMAT DATANG dengan gaya tulisan lucida callygrappy, juga sejuta ornament yang menghias di sisi kanan dan kirinya, sorotan lampion merah Yang tergantung tepat di langit langit Toko buku itu juga tak lepas dari pandangan Zahra, dan itulah yang selama ini membuatnya terkagum-kagum ingin menjamahnya
“Buruan, Ayoo….”
ucap Faris seraya menarik pergelangan tangan Zahra untuk segera memasuki Toko itu
“Sreek … Sreeek …” Suara seretan kakinya
“Ayo mbak buruan!, iihh..” serunya lagi dengan tangan mungilnya yang masih menarik pergelangan tangan Zahra, tapi kali ini lebih kuat dari yang sebelumnya. Langkah Zahra terlihat begitu berat saat akan meninggalkan emperan Toko karena dia yang telah terbius akan keindahannya.
“wahh…” ucap Zahra yang nyaris tak terdengar, saat Ia melihat isi dari toko buku itu, kumpulan Buku buku yang Tersusun rapi di deretan rak buku yang bercat merah yang penuh dengan romantica membuat matanya tak berkedip saat melihatnya, Ia pun terbawa oleh alunan musik yang juga tengah menggema dalam ruangan itu, Ia merasa dirinya telah terbawa hingga ke negeri Paris yang memiliki sejuta keromatisan. ACnya yang begitu dingin membuat pori-pori kulitnya menciut
“Mbak, aku beli buku ini yah ?” ujar Faris yang tiba-tiba saja membuyarkan khayalan Zahra yang kini sudah menyebrang hingga ke negeri Sakura,
“hmm..Coba sini mbak liat dulu bukunya, mm.. Bagus nih” tanggapnya sambil membolak-balikan tiap lembar isi bukunya
“Yang bener mbak? ya udah kalau gitu faris mau beli buku itu aja “ ucap Faris
“Oke, kalau gitu kamu tunggu mbak di kasir mbak mau cari buku yang lain dulu ntar kalau udah selesai mbak nyusul kamu deh” ujar Zahra
“siaaap mbak” balas adiknya sambil memberi hormat layaknya seorang prajurit.
***
Sepertinya
faris sangat menyukai bukunya,
“Mbak, besok beli buku lagi yah?” ujarnya yang masih sangat polos
"Tapikan besok mbak Zahra harus temenin aku beli ice cream, kamu minta di antarin ama kak Rizky aja” Sambung Annisa
“Gak mau ah.. pokoknya aku maunya sama mbak Zahra” gumamnya lagi
“Sudah-sudah kalian ini ribut trus lagian besok jadwal mbak full untuk les komputer jadi mbak gak ada waktu buat anterin kalian pergi, suruh antar mama kalau enggak papa saja yah”
ujar Zahra menengahi perkataan mereka
“Ya sudah, besok biar papa saja yang antarin kalian berdua yah, dah sekarang habiskan makanan kalian lagian besok pagi kalian harus berangkat sekolah kan, jadi cepat habiskan makanannya setelah itu baru tidur” ujar Ayahnya.
“Hoaaaam…” nguapan Zahra yang sudah terlihat begitu mengantuk
“Zahra, kamu ini lirihkan suaramu kalau sedang menguap!” seru Ibunya
“Hee.. ma’af habisnya Zahra bener=bener udah ngantuk, ya udah Zahra mau ke kamar dulu yee, daa daaa kurcaci kurcaci cillik” ucapnya sebelum pergi meninggalkan meja makan
“Hiiih… kak Zahra berhenti panggil kami kurcaci” teriak mereka yang nyaris tak di dengar oleh Zahra.
“Mbak, besok beli buku lagi yah?” ujarnya yang masih sangat polos
"Tapikan besok mbak Zahra harus temenin aku beli ice cream, kamu minta di antarin ama kak Rizky aja” Sambung Annisa
“Gak mau ah.. pokoknya aku maunya sama mbak Zahra” gumamnya lagi
“Sudah-sudah kalian ini ribut trus lagian besok jadwal mbak full untuk les komputer jadi mbak gak ada waktu buat anterin kalian pergi, suruh antar mama kalau enggak papa saja yah”
ujar Zahra menengahi perkataan mereka
“Ya sudah, besok biar papa saja yang antarin kalian berdua yah, dah sekarang habiskan makanan kalian lagian besok pagi kalian harus berangkat sekolah kan, jadi cepat habiskan makanannya setelah itu baru tidur” ujar Ayahnya.
“Hoaaaam…” nguapan Zahra yang sudah terlihat begitu mengantuk
“Zahra, kamu ini lirihkan suaramu kalau sedang menguap!” seru Ibunya
“Hee.. ma’af habisnya Zahra bener=bener udah ngantuk, ya udah Zahra mau ke kamar dulu yee, daa daaa kurcaci kurcaci cillik” ucapnya sebelum pergi meninggalkan meja makan
“Hiiih… kak Zahra berhenti panggil kami kurcaci” teriak mereka yang nyaris tak di dengar oleh Zahra.
Malam ini begitu mencekam, terdengar gemericik hujan
yang mengalun di setiap sudut kamarnya Zahra dengan disertai gemuruh petir yang
bernada brutal, segera ia menarik selimutnya dan mulai memejamkan kedua matanya hingga semua
lenyap tak terdengar lagi.
***
***
“Ra, kamu kenapa sih? Gak seperti biasanya
kamu ngelamun” Ujar Nayla teman sekelasnya Zahra yang tiba-tiba saja sudah
duduk disebelah Zahra.
“Nayla, kamu ini ngagetin saja huuufftt…” Sambung Zahra
“Ya habisnya, dari tadi kamu ngelamun terus, ada apa sih? cerita dong” timpalnya lagi “Semalam aku mimpi buruk dan sampai sekarang mimpi itu kebayang-bayang terus tahu nggak, aku takut.” Lanjut Zahra “Memangnya mimpi apa Ra? Atau jangan-jangan kamu mimpi ketemu sama makhuk halus? Seperti kuntilanak, genderuwo atau…”
“Hussss… kamu ini sembarangan bukan itu tapi ini mimpi aneh o,iya gurunya kemana? kok belum datang juga, udah jam segini” Tanya Zahra sambil menengok arloji yang menempel di pergelangan tangan kirinya
“Kalau kata anak-anak sih gurunya lagi ambil cuti” ujar Nayla
“Cuti??”
“Iya, Kenapa?”lanjutnya lagi
“Emmm.. gak papa” ujar Zahra dan segera pergi meninggalkan ruang kelas
“Zahra, tunggu mau kemana?”
“Ke Perpus, mau ikut?” tawar Zahra yang sudah pasti tahu jika Nayla paling ogah-ogahan kalau di ajak ke Perpustakaan.
“Tunggu, aku ikut deh” ujar Nayla yang berbeda 1800 dengan apa yang dipikirkan Zahra
“kamu gak lagi sakit kan?” ujar Zahra seraya menyentuh dahinya Nayla layaknya seorang Ibu yang mengecek suhu badan anaknya yang sedang Sakit,
“hiih.. udah ayo, katanya mau ke Perpustaka’an” lanjut Nayla.
“Ya habisnya, dari tadi kamu ngelamun terus, ada apa sih? cerita dong” timpalnya lagi “Semalam aku mimpi buruk dan sampai sekarang mimpi itu kebayang-bayang terus tahu nggak, aku takut.” Lanjut Zahra “Memangnya mimpi apa Ra? Atau jangan-jangan kamu mimpi ketemu sama makhuk halus? Seperti kuntilanak, genderuwo atau…”
“Hussss… kamu ini sembarangan bukan itu tapi ini mimpi aneh o,iya gurunya kemana? kok belum datang juga, udah jam segini” Tanya Zahra sambil menengok arloji yang menempel di pergelangan tangan kirinya
“Kalau kata anak-anak sih gurunya lagi ambil cuti” ujar Nayla
“Cuti??”
“Iya, Kenapa?”lanjutnya lagi
“Emmm.. gak papa” ujar Zahra dan segera pergi meninggalkan ruang kelas
“Zahra, tunggu mau kemana?”
“Ke Perpus, mau ikut?” tawar Zahra yang sudah pasti tahu jika Nayla paling ogah-ogahan kalau di ajak ke Perpustakaan.
“Tunggu, aku ikut deh” ujar Nayla yang berbeda 1800 dengan apa yang dipikirkan Zahra
“kamu gak lagi sakit kan?” ujar Zahra seraya menyentuh dahinya Nayla layaknya seorang Ibu yang mengecek suhu badan anaknya yang sedang Sakit,
“hiih.. udah ayo, katanya mau ke Perpustaka’an” lanjut Nayla.